Jumat, 11 Maret 2016

Gali Lobang Dapat Emas

Ada dampak luar biasa dari penambangan emas di Pulau Buru Maluku. Beberapa kali saya datang ke daerah itu dan sedikit selidik tentang tambang liar yang ada disana. Berbagai macam suku datang dari berbagai penjuru tanah air. Suku Jawa, Bugis, Sunda, Batak, Madura entah suku apalagi namanya, tentu saja mereka para penambang datang dari Palembang, Jawa, Makassar, Ternate dan daerah lain.
Awal pembukaan tambang liar ini ceritanya bermula dari seorang petani yang mencangkul di ladang melihat butiran berkilau seperti emas, lalu dia mencoba pastikan di toko emas dan ternyata memang emas! Sejak saat itu dia jadi rajin mencangkul. Kehidupannya berubah drastis dan membuat banyak orang penasaran.  Suatu malam dia sedang mabuk dan bercerita membeberkan rahasia ladang emasnya, sejak saat itu gemparlah seluruh warga dan beritanya segera menyebar ke seluruh Indonesia dan banyak orang segera menyerbu puncak dan lereng Gunung Botak.

Bukan tanpa alasan yang kuat mengapa mereka datang kesini.  Pernah beberapa orang yang saya wawancarai, mereka dalam satu tim bekerja 15 orang yang datang dari beberapa daerah. Proses penambangan tradisional ini terbagi 2 shift dan dalam seminggu sekali mereka beristirahat untuk mendulang emas dari tanah dan pasir. Hasil seminggu bekerja mereka mendapatkan 400 gram emas, saat itu harga emas mentah Rp 400.000,-/gr sehingga totalnya adalah Rp 160.000.000,-. Hasil yang lebih mencengangkan waktu saya tanya kepada tim lain secara terpisah, mereka hanya bertujuh berhasil mendapatkan emas hingga 3 kg dalam 1 minggu sehingga hasilnya 1,2 milyar rupiah, luar biasa!

Secara pasti sekitar Gunung Botak di Desa Parbulu misalnya harga-harga melambung tinggi. Harga sembako misalnya naik menjadi 150% dari biasanya. Tukang ojek panen, pemilik toko panen, jasa jual beli emas panen, warung makan panen, pemilik rumah kos panen, jasa pengiriman uang panen. Mobil pick up Strada 4WD bukan lagi barang mewah disini, hampir sebagian besar masyarakat punya mobil ini.  Lalu siapa yang tidak panen? Ternyata malah tanah pertanian yang semula ditanami padi menjadi kosong karena hampir semua petani ikut nambang!.  Perlu diketahui bahwa daerah tersebut adalah daerah transmigran yang umumnya adalah petani sawah dan ladang.

Kini tambang liar Gunung Botak sudah ditutup, kembali kepada kehidupan nyata, pendatang sudah pulang, petani kembali ke sawah, lalu apa yang tersisa disini? Ternyata salah satunya adalah upah tenaga kerja. Menurut UMK yang berlaku upah harian kerja sekitar Rp 65.000,-/hari ternyata sekarang yang berlaku adalah Rp 150.000,-/hari. Bisa dibayangkan betapa mahalnya tenaga kerja buruh disini.  Meskipun Gunung Botak saat ini telah ditutup dan dijaga ketat oleh aparat, ternyata potensi emas di Pulau Buru belum habis, ada beberapa gunung dan sungai yang masih menyimpan emas disana.  Saran saya jangan lagi mengharapkan untung dan hasil besar dari tambang emas disini, berpikirlah lebih positif dan kreatif untuk mendapatkan kekayaan dari daerah anda masing-masing dimanapun anda berada.  Selamat bekerja, kerja, kerja....*.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar